12 Jun 2009

OMPU MORA , AMA BOY DAN KERISAUANNYA

Kalau bicara Ompu Mora maka kita bicara pomparannya, kita ketahui anak Ompu Mora berjumlah 6 orang yaitu :

1.Rdj. Op.Mulana
2.Rdj.Op.Gimba
3.Rdj.Ompu Andan
4.Rdj.Ompu Silansat Nabegu
5.Rdj.Ompu Soingganon
6.Rdj.Ompu Huala

Saat ini pomparan dari Ompu Mora sudah banyak hidup diperantauan/parserahan, banyak diantara pomparan Ompu Mora itu yang tidak saling mengenal, dan banyak pula yang sudah tidak mengetahui dimana simin/tugu dari Ompu Mora itu, dimana aekbolon, bahkan yang lebih mengenaskan sudah mendengar Ompu Mora tetapi tidak mengetahu hubungannya dengan dirinya, Disatu kesempatan saya bertemu dengan seorang pomparan Ompu Mora, pembicaraan kami terasa hambar karena memang apa yang kami perbincangkan tidak menyentuh Ompu Mora. Saya coba alihkan pembicaraan agar dapat menyentuh mengenai Ompu Mora agar suasana lebih akrab/hangat sesama yang kakak ber-adik. Tetapi justru itu yang membuat suasana semakin kurang menyenangkan karena perbincangan kami macet, istilah anak sekarang "tidak nyambung".

Jujur saja hati saya miris dan galau melihat keadaan seperti ini, mendengar tetapi tidak berusaha mengetahui, mengetahui tapi tidak berusaha memberitahukannya kepada yang belum mengetahui, yang sering terjadi justru membetulkan kalau ada pomparan Ompu Mora yang salah menuturkannya, seolah-olah menunggu ada yang salah ketika menuturkan urutan-urutan nama dari tarombo Ompu Mora. Saya berandai-andai, bila keadaan seperti ini terus terjadi maka pomparan Ompu Mora sundut ke 17 bahkan sundut ke 16 yang lahir dan hidup diperantauan sudah tidak tahu lagi siapa itu Ompu Mora, sementara simin/tugu Ompu Mora tetap tegak berdiri di desa Aekbolon Jae kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir persis dibawah Dolok Nasuksuk. Benefit dari sisi materi atau keuntungan yang nyata jelas tidak ada bila kita pomparannya mengajarkannya kepada anak/cucu kita, tetapi semata hanya itukah yang kita cari ? (
tapahusor-husor ma dibagasan rohanta). Pertanyaannya bagaimana hal itu tidak sampai terjadi!. Di Medan sepengetahuan penulis (Ama Boy/TM/DM/Op Mora/14) sekarang ini punguan Ompu Mora sudah mati suri, hanya bila ada pesta pernikahan atau acara/ulaon dok ni roha di pomparan Ompu Mora barulah mereka saling bertemu, bahkan saat ini banyak pula sesama pomparan Ompu Mora yang berdomisili di Medan sudah tidak saling kenal, mereka saling mengetahui bila ada yang mengenalkannya, kalau yang mengenalkannya masih pomparan Ompu Mora (nasahorong) masih mending, tetapi bila yang mengenalkannya sudah bukan dari pomparan Ompu Mora, wah........Apa kata Dunia!

Padahal ada satu hal yang mengusik hati dan fikiran penulis mengenai pomparan Ompu Mora ini yang menurut penulis sungguh luar biasa dan itu merupakan modal sosial berupa kasih/holong yang tidak bisa diukur dari segi materi. Apa itu? Dimanapun domisili pomparan Ompu Mora baik itu diparserahan/perantauan ada kemiripan yang menurut penulis sangat signifikan yang dapat memberi sinyal kemiripan untuk sesama pomparan
Ompu Mora (pernahkah itu kita sadari?), ya.....ciri-ciri atau kemiripan dalam hal wajah/pardompahan maupun segi perilaku (meskipun tidak semua pomparan Ompu Mora), seharusnya dari hal tersebut kita dapat saling memahami, menghargai, mengasihi sesama pomparan ompu Mora. Seharusnya kita semakin bijak mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena harapan dan keinginan dari leluhur kita yaitu "Hagabeon" berbuah indah seperti Hariara na bolon. Seperti kita ketahui mulai dari Ompu.Jumorong sampai dengan Ompu Mora selalu mempunyai anak 1 orang, ketika digenerasi Ompu Mora barulah memiliki anak 6 orang seperti tertulis di atas. Begitu gembiranya Ompu Mora sampai cucu pertamanya dari anak sulungnya (Ompu Mulana) dinamakan Mora yang berarti kaya.

Berketurunan/marpinompar bagaikan kiasan "marbulung tuginjang, marurat tu toru, mardangka tu siamun, marranting tu hambirang, begitulah sekarang ini pinompar ni Ompu Mora sudah berpencar/manarsar kesegala penjuru angin. Karunia berupa "hagabeon" itu harus selalu kita syukuri. Seperti yang saya singgung di atas adanya kemiripan sebahagian besar keturunan Ompu Mora khususnya kemiripan perilaku ketika mengemukakan pendapat, saya menarik kesimpulan bahwa perilaku itu kalau disikapi dengan kasih/holong akan membuat perekat yang kuat, sebaliknya bila tidak disikapi dengan kasih/holong akan membuat jarak yang dapat melebar dan mengakibatkan perpecahan.
Meskipun ada ungkapan batak yang mengatakan "Songon tampulon aek do namardongan tubu" yang artinya seperti membelah air tetapi air itu akan bersatu kembali. Saya (Ama Boy) hanya mencoba menuturkan apa yang menjadi kegalauan di hati dan pikiran, ketika saya pulang ke Balige di sanapun ada sekat-sekat penghalang komunikasi diantara pomparan Ompu Mora, begitu pun di Medan sangat terasa kalau kasih/holong yang satu Ompu semakin luntur dibuktikan dengan mati surinya punguan Ompu Mora, tapi belakangan ini ada keinginan untuk mengaktifkan kembali punguan Ompu Mora di Medan (puji Tuhan yang Maha Kasih), bagaimana di Jakarta? saya dengar di Jakarta pun demikian juga walaupun punguan Ompu Mora masih eksis tetapi disayangkan tidak semua pomparan Ompu Mora mengikutinya. Lantas apa yang kita wariskan kepada penerus kita kelak?.

Saya punya kerinduan ada pomparan Ompu Mora yang menjadi Putra sang Fajar dalam menghilangkan sekat-sekat penghalang komunikasi agar "Sada hita songon daion mual" sisada tangiang, sisada tahi bisa kita wujudkan. Saya juga bermimpi ada dari pomparan Ompu Mora yang mewakili kita semua sebagai anggota Legislatif, Menteri, direktur BUMN, Jendral atau pejabat setingkat Duta besar - tidak sekarang mungkin masa berikutnya (who knows). Kita berdamai - kita berdoa - Tuhan mengabulkannya. Tu angka namardame-dame do ro Pasu-pasu ni Debata



2 comments:

  1. AmaniBoy.
    Bila saat ini anda risau, miris, galau dst artinya peduli dan kasih. Utk Jakarta dibanding dgn Pomparan Tuan Mauli/DT Martahuluk lainnya sejak thn 1974 Pinompar Op.Mora dlm tingkat Hagabeon sdh lumayan,sayangnya tingkat bantuan dari Tuan Mauli/DT Martahuluk akibat kedukaanpun lumayan besar. Sejatinya tdk perlu demikian seandainya ada kepedulian..ulangi kepedulian dan kemauan akan saling memahami, menghargai terutama mengasihi dlm konsep AHU DO HO, HO DO AHU, hal inilah yang paling mendasar dan yang merupakan mimpi dan progran saya dulu.(mungkin dekade berikut akan terjadi seperti kerinduan dan mimpimu... semoga) Nyatanya the dream not come true dan semuanya gagal.... faktanya lihat sendiri sajalah. Kini saya sdh dalam tahap simatupang (siang malam tunggu panggilan) yang Kuasa, sebagian dari apa yang ada pada diriku sdh saya perbuat semampuku utk turunan 6 ompu anak Op.Mora termasuk pinompar Op.Mulana tentu. Bila ada pinompar Op.Mora Jakarta yang tidak memahami/memiliki Tarombo Op.MORA,boleh jadi ybs pendatang baru (seperti seorang yang kini sdh jd Ompung) karena setiap pinompar Op.Mora Jakarta sdh saya bagikan.
    ps. Think Big, Start Small and Act Now
    ASAP No. 1. Always Say A Prayer
    ASAP No. 2. As Soon As Posible.

    ReplyDelete
  2. Masiurupan, masiajaran, masipodaan, masihilalaan, masiantusan, masihormatan jala masipasangapan. Tamemehon ma tu angka naumposo asa marparbue nauli tu joloan on.

    ReplyDelete

Tidak diklaim kalau yang saya upload adalah sudah benar, jadi bila ada masukan/komentar yang sifatnya meluruskan apalagi menyangkut silsilah/tarombo dengan rendah hati akan saya terima dan saya ucapkan terimakasih