12 Aug 2009

ARISAN OMPU MORA BULAN SEPTEMBER

Untuk arisan Ompu Mora bulan September dilaksanakan di rumah abang W. Siahaan/Br.Simanjuntak, alamat Duren Jaya, jln.Delima Raya No.217 Duren Jaya Bekasi

Pemberitahuan ini sekaligus undangan kepada pomparan Ompu Mora baik boru maupun bere yang berdomisili di Jabodetabek. Diharapkan kehadirannya tepat waktu Pkl.14.00 WIBB. Arisan dilaksanakan sebagai temu kangen, membicarakan hal mengenai Ompu Mora, sekaligus sharing mengenai adat istiadat khususnya terhadap pomparan Ompu Mora.

udutna......

4 Aug 2009

BATAK SIGNIFIKAN

Sering saya mendengar orang Batak mengatakan "oh, kalau omong batak aku tidak bisa lagi, soalnya dari kecil sudah di jakarta". Apakah itu kesombongan atau keprihatinan, hanya yang orang tersebut yang tau.

Tetapi saya agak kaget juga ternyata banyak dari mereka yang mengatakan tidak bisa lagi bertutur bahasa batak, namun mengikuti kebaktian hari Minggu di HKBP, suatu gereja suku (Batak) yang tata pelaksanaa ibadahnya secara tutur Batak. lha,,,,apakah bisa mengerti bahasa Batak tetapi tidak tau melafalkannya. Aneh juga kalau begitu. Banyak pula yang saya tau orang Batak yang tidak mencantumkan marganya dibelakang namanya, pernah saya tanya orang Batak yang tidak mencantumkan marga dibelakang namanya. Jawabannya sungguh memprihatinkan, "jaman gini marga tidak signifikan untuk jati diri lae", kompetensi seseorang tidak dipengaruhi marganya, tetapi kemampuannya berkompetisi". Saya agak kaget juga mendengar penjelasannya. "Memangnya kalau kita cantumkan marga kita, lantas kita sudah bernilai plus?,,,tidak ada itu lae!, sambungnya lagi.

Dalam hati saya membenarkan juga pernyataan lae itu tadi, kalau bicara persaingan untuk berkompetisi dalam test mencari pekerjaan misalnya, maka identitas marga ataupun bahasa Batak memang tidak dibutuhkan. Tetapi saya kurang sependapat juga dengan lae itu tadi, yang menilai ke-Batakan secara sempit, hanya persaingan mencari pekerjaan, ke-Batakan yang tidak sesuai dengan jaman. Ah,,,,terlalu sempit pikiran seperti itu. Bagi saya setinggi apapun pendidikannya, sehebat apapun pekerjaannya,,,,tidak sepantasnya meminggirkan identitas kesukuan kita.

Ada pula orang Batak yang bergereja ke HKBP tetapi anak-anaknya ke gereja yang lain, alasannya karena kendala bahasa. Supaya anak-anak mengerti Firman Tuhan, kalau di HKBP anak-anak kan tidak mengerti bahasanya,,, lha,,, kan di HKBP kebaktian anak-anak bahasa Indonesia, pikirku. Wah,,,,angka sidalian nama on. Bagaimana mungkin si anak mengerti bahasa Batak, kalau sejak kecil tidak diarahkan. Memang ada anekdot yang mengatakan, "Batak kalau berpendidikan tinggi akan selalu menjadi musuh Batak, perempuan Batak kalau cantik selalu merasa bukan Batak. Angka ginjang roha nama i, ate.

Bersyukur aku orang Batak, karena Bangsoku adalah Bangso yang besar, yang mempunyai uhum Dalihan Natolu. Tanpa diajarkan dilembaga pendidikan pun setiap orang Batak tau bersosialisasi dengan kerabat, lingkungan sosialnya dan setiap orang Batak mengenal istilah "Marsolup dihundulan".

udutna......

MBAH SURIP SI "TAK GENDONG"

Siapa yang tidak tau "Mbah Surip" penyanyi nyentrik berambut gimbal yang belakangan ini sering menghias layar televisi kita. Suara tertawa, ha...ha...ha...ha..."Mbah Surip" begitu familiar bagi semua kalangan, baik anak-anak, remaja maupun dewasa bahkan pejabat negara tanpa kenal gender. Luar biasa,,,Mbah Surip mampu mengalahkan tayangan-tayangan televisi yang memuakkan kita, seperti bahasan Pilpres, debat politik, maupun sinetron murahan.

Tapi hari ini Selasa 4 Agustus 2009 sekitar pukul 12.00 ini saya mendengar berita dari TV (RCTI) kalau "Mbah Surip" meninggal Dunia, kaget dan sedih mendengar berita tersebut. Seketika saya langsung buka situs berita tercepat detik.com sebagai pengantar berita tercepat. Saya menunggu agak lama untuk mengakses detik.com, mungkin banyak orang mencari informasi melalui situs berita ini. Dan benar "Mbah Surip" telah meninggal dunia. Fenomenal,,,,,, itulah ungkapan yang tepat untuk "Mbah Surip", sampai situs berita pun susah diakses karena kematian beliau.

Sebelumnya saya juga mendengar berita kalau "Mbah Surip" paling tidak memperoleh milyaran rupiah dari "Ring Back Tone"(RBT) atas lagu "Tak Gendong" dengan perhitungan "Mbah Surip" sebagai pencipta dan penyanyinya. Kalau satu lagu Rp.600,- dikalikan jutaan orang yang mendownload Ring tone tersebut (RBT), ditaksir mencapai diatas 6 milyar rupiah, wow,,,,,,,,bahkan ketika saya mendengar "Mbah Surip"meninggal, hasil penjualan RBT tersebut sudah mencapai 80 milyar rupiah. Dengan margin 60 : 40 (60 untuk "Mbah Surip) maka ditaksir 'Mbah surip memperoleh pendapatan 35 milyar,,,,,,, sekali lagi luar biasa. Saya juga mendengar kalau "Mbah Surip" lebih suka naik motor kalau bepergian dari pada naik mobil, mobil kepunyaannya suzuki APV sangat jarang dipergunakannya dan berita terakhir yang saya dengar, "Mbah Surip" sudah dibelikan rumah oleh produsernya.

Dari berita juga saya ketahui kalau lagu "Tak Gendong - Mbah Surip" sebenarnya sudah lama diciptakan. Lagu tersebut diciptakan di Amerika Serikat sekitar tahun 2003 dan dinyanyikan beliau, tapi karena ditolak para produser, maka lagu tersebut terus digendong-digendong "Mbah Surip", sampai akhirnya menemukan momentum kejenuhan masyarakat akan tayangan-tayangan Televisi. Dimana setiap hari televisi kita disuguhi adegan debat politik, debat Tim sukses, dan acara politik lainnya, yang menurut saya itu adalah tayangan cakar-cakaran politik, begitu juga tayangan sinetron yang hanya mengejar rating tanpa mampu menampilkan sisi education. Bila sinetron sukses secara rating, maka dilanjutkan dengan episode-episode selanjutnya. Sehingga satu tayangan sinetron bisa mencapai episode ratusan,,,,,,,Dan hampir semua stasiun televisi saling mengekor atas suksesnya suatu acara. Menonton televisi,,,,,memuakkan.

Munculnya "Mbah Surip" mampu menggeser rasa memuakkan itu menjadi rasa "Tak Gendong", sampai anak saya Boy Christian yang berumur 7 tahun 6 bulan minta supaya lagu tersebut didownload di MP3 player supaya bisa didengarnya berulang-ulang, juga minta didownload di HP saya dan mamanya. Mbah Surip sangat digemari belakangan ini, terlepas apakah lagunya, ketawanya, penampilan berikut rambut gimbalnya atau kesederhanaannya yang bernilai pasar/komersil. Bagiku yang penting Mbah Surip lebih menarik dari para politikus yang seperti tikus itu.

Selamat jalan "Mbah Surip" kau mengilhami banyak orang. Dengan terus berusaha keberhasilan maupun kesuksesan akan mendatangi kita, bahkan mengejar kita seperti yang kau alami sebelum kepergianmu. Suksesmu bukanlah hanya milikmu tapi milik banyak orang. Kalau tidak ada perubahan saya dengar tadi stasiun televisi RCTI akan menayangkan proses pemakaman "Mbah Surip" - "Selamat jalan Mbah Surip".
Foto : detikfoto.com

udutna......

DERITA PENGGUNA JALAN

Bila kita melewati jalan raya Serang selepas pintu tol Bitung Jakarta-Merak, kita langsung dihadang jalanan yang sangat macet. ya,,,,macet karena adanya betonisasi yang belakangan ini banyak dilakukan terhadap jalan-jalan di Jabodetabek, begitu juga Tangerang. Dari semula dua lajur menuju Balaraja dan dua lajur arah sebaliknya, kini hanya tersisa satu lajur begitu juga sebaliknya.

Begitu juga kalau kita menuju arah Tangerang kota dari arah Cikupa, selepas pertigaan Curug jalan penghubung tersebut sebenarnya sudah dapat dikatakan mulus karena sudah dilakukan pengaspalan ulang beberapa bulan sebelumnya, tetapi disayangkan adanya penggalian sisi jalan untuk jaringan serat optik. Jalan yang sudah mulus digali lagi untuk keperluan pihak lain, tentu untuk kepentingan yang berbeda-beda. Pemerintah kota maupun kabupaten sebagai pemegang otoritas pembangunan maupun antar instansi bekerja masing-masing, tanpa ada koordinasi.

Jalan raya serang merupakan jalan penghubung antar kabupaten dan Kota tangerang dari arah Serang menuju kota Tangerang dan sebaliknya, dimana disepanjang jalan tersebut berdiri industri-industri padat karya. Kepadatan pengguna jalan akan semakin parah pada pagi hari dan sore hari. Tetapi sekarang ini kemacetan sudah tidak mengenal waktu lagi. Sebagai masyarakat dan pengguna jalan kita tentu merasa gembira adanya betonisasi tersebut, tetapi pelaksanaan yang begitu lama dan terkesan seadanya menjadi suatu siksaan yang sangat berat. Perasaan dongkol dan tersiksa semakin memuncak karena jalan alternatif yang biasanya menjadi pilihan para bikers pun tidak lepas dari kemacetan parah, akibatnya dimana-dimana terjadi stagnan arus jalan. Lama perjalanan yang biasanya 30 menit menjadi 1.5 jam. Bisa dibayangkan berapa kerugian yang terhisap kemacetan ini, produktifitas yang menurun, rasa jengkel yang kalau tidak pintar-pintar mengelolanya bisa menjadi stres. Tidak jarang terjadi benturan sesama pengguna jalan yang saling serobot karena ingin lebih dahulu dari yang lainnya dengan derajat kepentingannya masing-masing, sering mengakibatkan sampai perkelahian fisik, saling umpat dan saling membenarkan diri sendiri.

Kepada masyarakat pengguna jalan dianjurkan untuk tidak melewati jalan ini, upsss,,,lalu lewat jalan mana?. Pengguna kendaraan roda empat memang bisa lewat jalan Tol Bitung-Merak meskipun tidak lepas dari kemacetan menjelang pintu tol Kedaton. Jalan tol Bitung-Merak khususnya menjelang pintu Tol Kedaton juga sedang pembetonisasi yang ke sekian puluh kalinya, ya,,,,,,,kesekian puluh kalinya. Karena sepengetahuan saya jalan Tol ini tidak pernah lepas dari tambal sulam, dengan pembenaran argumen struktur tanah yang labil. Ah,,,,,,,inilah kita, inilah ahli-ahli kita, inilah mental kita, dan inilah Bangsa Indonesia. Selalu ada jawaban pembenaran setiap masalah.

Para manejer personalia diharapkan kebijakan/toleransinya atas situasi ini, keterlambatan karyawan bukan kehendak kami tetapi kehendak penguasa. Bersabar, berdoa harus kita lipat gandakan bila perlu kita empat gandakan bila kita masih ingin hidup di tanah Indonesia ini. Kita mengeluh, mengumpat atau apapun namanya akan sia-sia. Lebih baik kita sampaikan kepada Tuhan agar Tuhan tidak memperpanjang jabatan para pejabat yang suka menumpuk kesenangan dengan memberi sengsara masyarakat, bila perlu kita ramai-ramai mendatangi Tuhan agar Tuhan bersedia memimpin negara ini, tapi apa Tuhan mau ya?,,,,,,,,,,,,,

udutna......