4 Aug 2009

DERITA PENGGUNA JALAN

Bila kita melewati jalan raya Serang selepas pintu tol Bitung Jakarta-Merak, kita langsung dihadang jalanan yang sangat macet. ya,,,,macet karena adanya betonisasi yang belakangan ini banyak dilakukan terhadap jalan-jalan di Jabodetabek, begitu juga Tangerang. Dari semula dua lajur menuju Balaraja dan dua lajur arah sebaliknya, kini hanya tersisa satu lajur begitu juga sebaliknya.

Begitu juga kalau kita menuju arah Tangerang kota dari arah Cikupa, selepas pertigaan Curug jalan penghubung tersebut sebenarnya sudah dapat dikatakan mulus karena sudah dilakukan pengaspalan ulang beberapa bulan sebelumnya, tetapi disayangkan adanya penggalian sisi jalan untuk jaringan serat optik. Jalan yang sudah mulus digali lagi untuk keperluan pihak lain, tentu untuk kepentingan yang berbeda-beda. Pemerintah kota maupun kabupaten sebagai pemegang otoritas pembangunan maupun antar instansi bekerja masing-masing, tanpa ada koordinasi.

Jalan raya serang merupakan jalan penghubung antar kabupaten dan Kota tangerang dari arah Serang menuju kota Tangerang dan sebaliknya, dimana disepanjang jalan tersebut berdiri industri-industri padat karya. Kepadatan pengguna jalan akan semakin parah pada pagi hari dan sore hari. Tetapi sekarang ini kemacetan sudah tidak mengenal waktu lagi. Sebagai masyarakat dan pengguna jalan kita tentu merasa gembira adanya betonisasi tersebut, tetapi pelaksanaan yang begitu lama dan terkesan seadanya menjadi suatu siksaan yang sangat berat. Perasaan dongkol dan tersiksa semakin memuncak karena jalan alternatif yang biasanya menjadi pilihan para bikers pun tidak lepas dari kemacetan parah, akibatnya dimana-dimana terjadi stagnan arus jalan. Lama perjalanan yang biasanya 30 menit menjadi 1.5 jam. Bisa dibayangkan berapa kerugian yang terhisap kemacetan ini, produktifitas yang menurun, rasa jengkel yang kalau tidak pintar-pintar mengelolanya bisa menjadi stres. Tidak jarang terjadi benturan sesama pengguna jalan yang saling serobot karena ingin lebih dahulu dari yang lainnya dengan derajat kepentingannya masing-masing, sering mengakibatkan sampai perkelahian fisik, saling umpat dan saling membenarkan diri sendiri.

Kepada masyarakat pengguna jalan dianjurkan untuk tidak melewati jalan ini, upsss,,,lalu lewat jalan mana?. Pengguna kendaraan roda empat memang bisa lewat jalan Tol Bitung-Merak meskipun tidak lepas dari kemacetan menjelang pintu tol Kedaton. Jalan tol Bitung-Merak khususnya menjelang pintu Tol Kedaton juga sedang pembetonisasi yang ke sekian puluh kalinya, ya,,,,,,,kesekian puluh kalinya. Karena sepengetahuan saya jalan Tol ini tidak pernah lepas dari tambal sulam, dengan pembenaran argumen struktur tanah yang labil. Ah,,,,,,,inilah kita, inilah ahli-ahli kita, inilah mental kita, dan inilah Bangsa Indonesia. Selalu ada jawaban pembenaran setiap masalah.

Para manejer personalia diharapkan kebijakan/toleransinya atas situasi ini, keterlambatan karyawan bukan kehendak kami tetapi kehendak penguasa. Bersabar, berdoa harus kita lipat gandakan bila perlu kita empat gandakan bila kita masih ingin hidup di tanah Indonesia ini. Kita mengeluh, mengumpat atau apapun namanya akan sia-sia. Lebih baik kita sampaikan kepada Tuhan agar Tuhan tidak memperpanjang jabatan para pejabat yang suka menumpuk kesenangan dengan memberi sengsara masyarakat, bila perlu kita ramai-ramai mendatangi Tuhan agar Tuhan bersedia memimpin negara ini, tapi apa Tuhan mau ya?,,,,,,,,,,,,,

No comments:

Post a Comment

Tidak diklaim kalau yang saya upload adalah sudah benar, jadi bila ada masukan/komentar yang sifatnya meluruskan apalagi menyangkut silsilah/tarombo dengan rendah hati akan saya terima dan saya ucapkan terimakasih