15 Jul 2009

ARISAN OMPU MORA

Hari Minggu kemarin 12 Juli 2009 arisan kumpulan Parsaompuan "Ompu Mora" kembali memasuki periode baru. Disebut periode baru karena periode sebelumnya telah berakhir. Dan yang menjadi tuan rumah untuk periode baru ini adalah Op.Joshua/Br.Aritonang (UKI-Cawang)

Dalam periode ini terjadi peningkatan jumlah anggota sekaligus mulai ada bergabung bere dalam kumpulan ini. Meskipun dari data-data masih banyak pomparan Op.Mora yang berdomisili diJabodetabek ini tidak/belum mau bergabung dengan alasan masing-masing. Terjadi pula perubahan siklus pelaksanaannya dari yang sebelumnya dua bulan sekali menjadi sebulan sekali. Saya tidak tahu apa dasar perubahan itu, dari penuturan tidak resmi saya menangkap adanya periode waktu yang terlalu lama untuk mendapat arisan tersebut,,,,,,hmmmm. Memang tidak hanya jumlah anggota, siklus tapi juga besarnya uang arisan mengalami perubahan. Semula Rp.50.000,-(lima puluh ribu rupiah) menjadi Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah)

Bagi saya bukan Arisan, periode, atau Rupiah arisannya yang penting tapi membangun kebersamaan, saling menghormati dan dapat saling mengerti adalah hal dasar yang sangat dibutuhkan punguan Ompu Mora ini. Bagaimana menyelesaikan suatu perbedaan tanpa adanya perasaan dilecehkan. Bagaimana mengemukakan pendapat tanpa merasa lebih tahu. Saling mendengar diantara yang memberi pendapat. Karena memang disetiap pertemuan pomparan ompu Mora sangat sering terjadi debat kusir yang tidak menghasilkan manfaat yang signifikan terhadap perkembangan anggota maupun punguan itu sendiri. Intinya lebih banyak yang berbicara dari yang mendengar. Selalu saya perhatikan suatu putusan dihasilkan pada saat-saat terakhir, itupun karena waktu yang memaksa. Terkadang ketika putusan itu hendak dijalankan terjadi lagi perbedaan penafsiran. Lagi-lagi dibutuhkan perdebatan yang menyita energi dan waktu, tapi tampaknya bukan suatu kendala setidaknya saat ini,,,,,,karena dalam debat selalu ada stimulannya yaitu "tuak".

Saya selalu ingat pesan orang tua "Dang sae gogo ni suara paturehon angka parsalisihan, dos ni roha do pangasahonon. Juga "Hatahon ma natingkos dibagasan elek dohot serep niroha, unang hatahon mardongan muruk manang asup-asup". Sederhana tapi sangat berat pelaksanaannya. Penyebabnya tentu "ego". Pomparan Ompu Mora banyak memiliki ciri lahiriah yang seharusnya menjadi ciri pengikat bukan penghambat. Kita harus banyak belajar memahami, kita harus banyak menggunakan telinga. Terkadang sebagai mahluk sosial kita dihadapkan antara pikiran dan perasaan. Tetapi hubungan kakak-adik adalah hubungan darah. Ya.....darahlah pengikat kita.

Arisan Op. Mora berikutnya pada tanggal 9 Agustus 2009 di Rumah Op.Romauli/Br.Sianipar di perumnas Cengkareng. Bagi yang belum mengetahuinya perkenankan ini sebagai undangan

No comments:

Post a Comment

Tidak diklaim kalau yang saya upload adalah sudah benar, jadi bila ada masukan/komentar yang sifatnya meluruskan apalagi menyangkut silsilah/tarombo dengan rendah hati akan saya terima dan saya ucapkan terimakasih